TEORI
BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN
A.
PENDAHULUAN
Manusia memang terus berkembang dan memiliki rasa ingin
tahu yang kuat. Hal ini lah yang mendorong manusia untuk terus belajar. Oleh
karena itu, belajar dapat didefinisikan sebagai, kegiatan psiko-fisik-sosio
menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya (Suprijono:2011: 3). Definisi lain
mengenai belajar dikemukukan oleh Suyono dan Hariyanto (2011:9) yaitu belajar
merupakan suatu aktifitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan
kepribadian. Sedangkan menurut Dimyati
dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Dari ketiga pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dapat
didefinisikan sebagai kegiatan atau aktifitas kompleks manusia untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki sikap dan perilaku serta
mengokohkan kepribadian dengan tujuan untuk mengembangkan pribadi seutuhnya.
Sedangkan terdapat perbedaan definisi belajar yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Skinner berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif (Sagala:2012:14). Menurut Gagne
belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas
yang disebabkan oleh stimulu yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif
yang dilakukan oleh pelajar (Dimyati dan Mudjiono: 2009:10). Pendapat berbeda
dikemukan oleh Calr. R. Goger yaitu praktek pendidikan menitikberatkan pada
segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar (Sagala:2012:14). Piaget
berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk individu dari hasil interaksi terus
menerus dengan lingkungan (Dimyati dan Mudjiono: 2009:13).
Dari pandangan-pandangan belajar dari beberapa ahli
tersebut, munculah teori belajar. Teori
belajar merupakan upaya
untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,
sehingga membantu kita semua memahami proses
inhern yang kompleks dari
belajar. Cahyo (2013:20) berpendapat bahwa teori belajar dapat diartikan
sebagai konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan
telah teruji kebenarannya melalui eksperiment. Ada beberapa
perspektif dalam teori
belajar, yaitu Behaviorisme,
Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Oleh
karena itu, makalah ini membahas salah satu teori belajar, yaitu teori belajar
konstruktivisme dan implikasinya dalam pembelajaran.
B. PEMBAHASAN
Makalah ini membahas
pengertian teori belajar konstruktivisme, teori belajar konstruktivismi, ciri
dan prinsip teori belajar konstruktivisme, implikasi teori konstruktivisme
terhadap pembelajaran, model pembelajaran dari teori konstruktivisme, dampak
teori konstruktivisme terhadap pembelajaran, dan kelebihan dan kelemahan teori
konstruktivisme.
1.
Pengertian
Teori Belajar Konstruktivisme
Ada beberapa pendapat mengenai definisi konstruktivisme
yang dikemukan beberapa ahli. Konstruktivisme adalah sebuah filosofi
pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksi pengalaman, kita
membangun, mengkonstruksi pengetahuan kita tentang dunia tempat kita hidup (Suyono
dan Hariyanto:2011:104). Sedangkan menurut Cahyo (2013: 22) konstruktivisme merupakan
salah satu filsafat pengetahuan yang menekan bahwa pengetahuan adalah buatan
kita sendiri sebagai hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan
membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membangun
pengetahuan tersebut. Trianto (2007:26) juga berpendapat bahwa teori
pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran cognitive baru dalam
psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisi apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.
Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
teori belajar kontruktivisme merupakan teori belajar yang menuntut siswa
mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi kompleks untuk
membangun pengetahuan secara mandiri.
2.
Teori
Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme dibagi menjadi dua sudut
pandang, yaitu menurut Piaget dan Vygotsky.
a.
Teori Belajar Konstruktivisme Piaget
Teori
piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur
kognitif atau peta mentalnya yang diistilahkan “schema/skema” atau konsep
jejaring untk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan di sekeilingnya(Suyono
dan Hariyanto:2011:107). Sedangkan menurut piaget, manusia memiliki struktur
pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kota-kotak yag masing mempunyai makna
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam proses belajar terjadi dua proses, yaitu
proses organisasi informasi dan adaptasi (Cahyo:2013: 37).
Proses
organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang
diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau
sudah ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang
berisi dua kegiatan. Pertama, menghubungkan atau mengintergrasi pengetahuan
yang diterima manusia atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur
pengetahuan baru sehingga akan terjadi kesinambungan (equilibrium).
Proses
mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Piaget, adalah sebagai berikut
(Cahyo:2013):
-
Skemata
Piaget mengatakan bahwa schemata orang dewasa mulai dari
schemata anak melaui proses adaptasi sampai pada penataan dan organisasi. Makin
mampu seseorang membedakan satu stimulus dengan stimulus lainnya, makin banyak
schemata yang dimilikinya. Dengan demikian, schemata adalah struktur organisasi
kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang menyebabkan adanya
perubahan tersebut adalah asimilasi dan akomodasi
-
Asimilasi
Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan baru
ketika seseorang memadukan stimulus atau presepsi ke dalam schemata atau
perilaku yang sudah ada. Pada dasarnya, asimilasi tidak mengubah schemata, tapi
mempengaruhi atau memungkinkan pertumbuhan schemata. Asimilasi terjadi secara
kontinu, berlangsung terus-menerus dalam perkembanfan intelektual anak.
-
Akomodasi
Akomodasi adalah proses struktur kognitif yang berlangsung
sesuai pengalaman baru. Proses tersebut menghasilkan terbentuknya schemata baru
dan berubshnya schemata lama.
-
Keseimbangan
Dengan adanya keseimbangan, efisiensi interaksi antara anak
yang sedang berkambang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Piaget
membagi fase perkembangan manusia ke dalam empat perkembangan yang tertera
dalam table di bawah ini:
Tahapan
|
Usia
|
Gambaran
|
Sensorimotor
|
0-2
|
Bayi bergerak dari tindakan reflek
instingtif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi
membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoorgadinasian pengalaman-pengalaman
sensor dengan tindakan fisik
|
Operational
|
2-7
|
Anak mulai merepresentasikan dunia
denan kata-kata dan gambar-gambar.
|
Concerte operational
|
7-11
|
Pada saat ini anak dapat berpikir
secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret
|
Formal operational
|
11-15
|
Anak remaja berpikir dengan cara yang
lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik
|
b.
Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Menurut
Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belaja menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan kemampuan atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development (Trianto:2007:29).
3.
Ciri
dan Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme
Ciri-ciri pembelajaran
secara konstruktivisme (Cahyo:2013) adalah menekakan pada proses belajar,
mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa, berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses bukan menekankan pada hasil, mendorong
siswa untuk mampu melakukan penyelidikan, mendorong berkembangnya rasa ingin
tahu secara alami, penilsian belajar lebih menekankan pada kinerja dan
pemahaman siswa, sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif, banyak
menggunakan terminology kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran,
seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan analisi, dll.
Sedangkan
prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar
adalah pengetahuan dibangun oleh siswa, pengetahuan tidak dapat dipindahkan
dari guru ke murid kecuali hanya dengan keaktifan murid itu sendiri, murid
aktif mengontruksi secara terus menerus sehingga terjadi perubahan konsep
ilmiah, guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
konstruksi berjalan lancer, mencari dan menilsi pendapat siswa, dan
menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
4.
Implikasi
Konstruktivisme terhadap Pembelajaran
Pendekatan
konstruktivisme mementingkan pengembangan lingkungan belajar yang meningkatkan
pembentukan pengertian dari prespektif ganda, dan informasi yang efektif atau
control eksternal yang teliti dari peristiwa-peristiwa sswa yang ketat,
dihindari sama sekali. Untuk maksud tersebut, guru perlu melalukan hal-hal berikut:
menyajikan masalah-masalah actual kepada siswa dalam konteks yang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa, pembelajaran distruktur di sekitar konsep-konsep
primer, member dorongan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan sendiri,
memberikan siswa untuk menemukan jawabann dari pertanyaan sendiri, memberanikan
siswa mengemumakan pandapat dan menghargai sudut pandangnya, menganjurkan siswa
bekerja dalam kelompok, dan menilai proses dan hasil belajar siswa dalam
konteks pembelajaran.
Sedangkan menurut Suprijono
(2011:40), pembelajaran konstruktivisme
merupakan belajar artikulasi. Belajar artikulasi merupakan proses
mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Implikasi konstruktivisme dalam
pembelajaran terbagi menjadi beberapa fase, yaitu
-
Orientasi, merupakan fase untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik, memerhatikan dan mengembangkan motivasi
terhadap topic materi pembelajaran
-
Elicitasi, merupakan fase membantu peserta
didikmeggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan kepada peserta
didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka.
-
Restruksi ide, dalam hal ini peserta didik
melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide orang
lain
-
Aplikasi ide, dalam fase ini, idea tau pengetahuan
yang telah dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam
situasi yang dihadapi.
-
Reviu, dalam fase ini memungkinkan peserta didik
mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi
gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya
menjadi lebih lengkap.
5.
Model
Pembelajaran dari Teori Konstruktivisme
Model pembelajaran
diartikan sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan
pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi guru dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran (Sagala:2012:176). Beberapa model pembelajaran dari pengembangan
teori konstruktivisme antara lain:
-
Discovery
Learning
Discovery
Learning merupakan proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental
intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi,
sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di
lapangan (Illahi: 2012: 29). Model pembelajaran ini mengubah kondisi siswa yang
pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented menjadi student oriented. Model ini juga
mengubah dari modus rxpository siswa ke modus discovery yang menuntut siswa
secara aktif menemukan informasi sendiri melalui bimbingan guru
-
Reception
Learning
Model reception
learning menuntut guru menyiapkan situasi belajar, memilih materi-materi
yang tepat untuk siswa, dan kemudian menyampaikan dalam bentuk pengajaran yang
terorganisasi dengan baik, mulai dari umum ke hal-hal yang terperinci. Menurut
Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan
melalui penemuan.
-
Assisted
Learning
Assisted
learning mempunyai peran sangat penting bagi perkembangan individu. Menurut
Vygotsky, perkembangan kognitif terjadi melalui proses interaksi dan percakapan
seorang anak dengan lingkungan sekitarnya. Orang lain disebut sebagai
pembimbing atau guru.
-
Active Learning
Active
learning merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan system pembelajaran
melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Belajar aktif
merupakan strategi belajar yang diartikan sebagai proses belajar mengajar yang
menggunakan berbagai metode yang menitikberatkan kepada keaktifan siswa dan
melibatkan potensi siswa, baik secara fisik, mental, emosional maupun
intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan
kognitif, afektif, dan psikomotorik secara optimal.
-
Kontekstual Learning
Pembelajaran kontekstual learning merupakan suatu proses
pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari.
-
Quantum
Learning
Quatum
learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang
menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya
yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
6.
Dampak
Teori Kostruktivisme terhadap Pembelajaran
Dampak teori
kostruktivisme secara umum merupakan gabungan penerapan baik dari konsep Piaget
maupun Vygotsky terhadap pembelajaran sebagaimana tertera dalam table dibawah
ini (Suyono dan Hariyanto:2011) :
Pendidikan
|
Menghasilkan individu atau anak yang
memiliki kemapuan berfikir untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi
|
Kurikulum
|
Konstruktivisme tidak memerlukan
kurikulum yang terstandarisasi melainkan disesuaikan dengan pengetahuan siswa
|
Pengajaran
|
Pendidik focus terhadap bagaimana
menyusun hubungan antara fakta-fakta serta memperkuat perolehan pengetahuan
yang baru bagi siwa
|
Pembelajaran
|
Diharapkan selalu aktif dan dapat
menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya
|
Penilaian
|
Tidak memerlukan tes yang baku
melaikan memerlukan penilaian proses
|
7.
Kelebihan
dan Kelemahan Teori Konstruktivisme
Kelebihan teori
konstruktivisme menurut Cahyo (2013) yaitu guru bukan satu-satunya sumber
belajar, siswa lebih aktif dan kreatif, pembelajaran menjadi lebih bermakna,
pembelajar memiliki kebebasan, membina sikap produktif dan percaya diri, proses
evaluasi difokuskan pada penilaian proses, dan siswa menjadi lebih mudah paham.
Sedangkan kelemahan
teori konstruktivisme adalah perolehan informasi berlangsung satu arah, siswa
dituntut harus aktif, dan guru tidak mentransfer pemgetahuan yang telah
dimiliki, melainkan membantu siswa.
C.
KESIMPULAN
Teori konstruktivisme merupakan
teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi kegiatan belajar dan
mentransformasikan informasi kompleks untuk membangun pengetahuan secara
mandiri dan inisiatif. Dalam implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran
terbagi dalam lima fase, yaitu orientasi, elicitasi, restrukturisasi ide,
aplikasi ide, dan reviu. Model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam
proses belajar mengajar sesuai dengan pengembangan teori konstruktivisme yaitu discovery learning, reception learning, assisted
learning, active learning, contextual learning and quantum
learning.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo,
Agus N. 2013. Panduan Aplikasi
Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press
Dimjati
dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Illahi,
Moh. Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill.
Jogjakarta: Diva Press
Sagala,
Syaiful. 2012. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Suprijono,
Agus. 2011. Cooperative Learning Teori
dan Aplkasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyono
dan Hariyanto. 2011. Belajar dan
Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Rosda
Trianto.
2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
No comments:
Post a Comment